Thursday, April 7, 2011

Suatu Paradigma

Pagi ini saya terbangun dengan seribu tanda tanya dibenak saya. Dimanakah batas-batas kebenaran itu. Apa yang bisa disebut benar dan apa yang bisa disebut salah. Kenapa begitu banyak orang merasa dirinya benar sedangkan orang lain justru melihat mereka sebagai pihak yang salah. Dimanakah eksistensi kita sebagai manusia yang katanya makhluk paling sempurna itu? Sekarang pun batas antara benar dan salah makin buram.
Dengan semakin majunya peradaban manusia semakin kaburlah pandangan antara yang benar dan yang salah. Bagaimana jika semua manusia mengklaim diri mereka sebagai "si Benar" sehingga tidak ada lagi ruang untuk "si Salah". Manusia berlomba-lomba untuk menjadi benar. Namun ketika kebenaran yang tadinya mereka elu-elukan ternyata hanyalah kebohongan belaka. Lantas apa yang selanjutnya akan terjadi?
Ketika paradigma seperti ini yang makin seringkali terjadi pada kita semua. Apa yang seharusnya kita lakukan? Jika muncul pertanyaan demikian maka yang akan kembali dipertanyakan adalah suatu eksistensi mengenai keagamaan. Banyaknya agama yang bermunculan di dunia itu yang sebenarnya selalu dibuat dan dikembangkan oleh manusia manusia yang kita sebut sebagai "si Benar".Mengapa demikian? Karena dengan gamblang mereka mendeklarasikan diri mereka sendiri sebagai suatu kebenaran. Memvonis tanpa pandang bulu terhadap agama yang lainnya. Menudingkan berbagai macam kesalahan dan bukti-bukti yang bisa disebut sebagai "senjata rahasia" terhadap yang lainnya.
Ketika seorang teman saya memberikan suatu pertanyaan mengenai keagamaan, tentang bagaimana cara manusia yang hidup pada jaman dahulu sebelum adanya agama, Bagaimanakah cara mereka untuk masuk surga? Pertanyaan yang menarik dan mendetail. Mungkin jawaban setiap orang dapat saja berbeda, hanya saja saat itu saya menjawab bahwa, karena manusia manusia jaman dahulu sangat berbeda dengan manusia jaman sekarang, justru semakin pandai manusia maka semakin tidak peduli manusia tersebut terhadap alam maupun sesama dan Tuhan nya. Jika dibandingkan dengan manusia yang hidup pada jaman dahulu, yang sangat memuja alam dan sekitarnya. contoh nyatanya ibaratkan saja agama itu sebagai suplemen. Jika statementnya demikian adanya : "Orang jaman dahulu tidak perlu suplemen tapi mereka hidup sehat dan panjang umur." Tentu saja hal tersebut akan sangat berbeda karena dunia saat ini telah hancur, udara sudah tidak bersahabat, kemajuan teknologi yang pesat justru semakin merusak bumi kita ini, sehingga mau tidak mau kita membutuhkan asupan lebih yang bisa didapat dari suplemen." Sama juga dengan agama, dibutuhkan supaya manusia tetap mempunyai pegangan dan tidak menjadi seenaknya saja. Bisa dibayangkan bagaimana jika semua orang didunia ini tidak mempunyai agama sebagai pegangan mereka. Kebenaran, apa itu kebenaran? Bagaimana jika ternyata hal yang dikecam oleh seluruh dunia dan diklaim sebagai sesuatu hal yang salah ternyata adalah hal yang benar. Kenyataan yang mengerikan tentunya akan selalu siap menanti kita semua bagaikan harimau yang mengintai mangsanya :)

Manusia tanda baca


  • Manusia dengan tanda tanya, selalu bertanya tentang apa siapa mengapa bagaimana dimana, penuh dengan keingintahuan dan mungkin tidak pernah puas akan jawaban yang didapat.
  • Manusia dengan tanda seru, selalu menyampaikan argumen-argumen tajam dengan seruan seruan yang juga belum diketahui absah atau tidaknya. Mungkin iya.. mungkin juga tidak.
  • Manusia dengan tanda koma, selalu berusaha melanjutkan hidup dengan hal hal yang beraneka ragam, tidak mudah putus asa, dalam hidupnya akan selalu berjalan terus bagaikan tulisan dengan tanda koma.
  • Manusia dengan tanda titik. Hanya dapat mendeskripsikan dirinya terhadap satu statement. Baik atau buruknya, dia yang tentukan.